Sastra daerah baik lisan maupun tulisan merupakan kekayaan budaya daerah yang kelestariannya ditentukan oleh pendukung budaya daerah yang bersangkutan. Sastra daerah menyimpan nilai-nilai kedaerahan dan akan memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi perkembangan sastra di daerah dan Indonesia pada umumnya.
Dengan sastra daerah, kita dapat mengetahui asal-usul suatu daerah dengan berbagai kearifan yang dicurahkan lewat berbagai mitos, legenda, dongeng, dan riwayat termasuk di dalamnya permainan rakyat dan nyanyian lokal.
Masalah yang ada saat ini adalah kurangnya perhatian masyarakat terhadap sastra daerah. Sastra daerah telah berada di ambang kepunahan karena hanya segelintir orang yang punya kepedulian terhadapnya. Perlu kita ketahui, bahwa tanpa adanya dukungan dari masyarakat, sastra daerah akan hilang tanpa bekas dan masyarakat akan kehilangan identitas budaya. Budaya luar yang dengan mudah diperoleh dari media cetak maupun elektronik juga sangat mempengaruhi perkembangan sastra daerah.
Seluruh suku bangsa di Indonesia saat ini merasa bahwa hidup matinya sastra daerah menjadi tanggung jawab masing-masing daerah. Padahal sesungguhnya perkembangan sastra daerah menjadi tanggung jawab nasional yang harus dihadapi secara nasional pula. Begitu pula dengan para penggiat sastra daerah, mereka praktis melakukan kegiatan-kegiatan sastra secara individu dan swadaya, sehingga gaungnya hanya terasa dalam ruang lingkup yang tidak terlalu luas.
Berbicara mengenai sastra daerah, tentunya kita tidak dapat terlepas dari bahasa yang menjadi akar dari sastra daerah itu sendiri. Selain itu., bahasa juga menjadi simbol suatu peradaban bangsa. Kematian sastra daerah, yang di dalamnya terdapat bahasa, mengakibatkan hilangnya suatu kebudayaan dan musnahnya suatu peradaban.
Bahasa dan sastra daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh Negara dan dijamin dengan undang-undang. Bahasa dan sastra daerah sebagai salah satu bagian kebudayaan daerah berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya yang di dalamnya terekam antara lain pengalaman estetik, religius, atau sosial politik masyarakat etnis yang bersangkutan. Bahasa dan sastra daerah adalah aset besar yang dimiliki sebuah bangsa.
Adanya perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang sangat cepat membawa dampak bagi bahasa dan sastra daerah. Perkembangan tersebut membawa pengaruh asing yang mempengaruhi berbagai sendi kehidupan yang pada akhirnya juga membawa pada perubahan perilaku masyarakat dalam bertindak dan berbahasa.
Adanya arus globalisasi memberi dampak pada perkembangan bahasa dan sastra daerah. Masuknya bahasa asing utamanya bahasa Inggris pada setiap sendi kehidupan masyarakat menyebabkan pola pikir masyarakat tertuju pada bagaimana agar bisa menguasai bahasa tersebut sehingga pembelajaran terhadap bahasa dan sastra daerah dianggap tidak perlu. Memang menguasai bahasa asing, utamanya bahasa Inggris merupakan hal yang penting. Namun dengan begitu bukan berarti bahasa daerah harus dikesampingkan dan mengutamakan bahasa asing. Diperlukan pemahaman yang lebih arif dalam penguasaan bahasa. Di dalam sebuah bahasa dan sastra daerah terdapat banyak pengetahuan, nilai-nilai budaya suatu daerah dan merupakan sumber sejarah yang dapat diangkat dan disebarluaskan kepada etnik lain melalui bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia dan dapat pula diangkat ke kanca internasional apabila kita mengetahui bahasa asing.
Puncak kebudayaan daerah adalah kebudayaan nasional. Jika diibaratkan kebudayaan nasional adalah sebuah puncak yang untuk mencapainya diperlukan rangkaian anak tangga yang saling terjalin sehingga memudahkan untuk mencapai puncak. Rangkain anak tangga tersebut adalah bahasa-bahasa daerah. Untuk tetap bisa melestarikan bahasa daerah diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Utamanya masyarakat itu sendiri, pemerintah dan pengelola pendidikan.
Agar sebuah bahasa tetap ada diperlukan orang yang menuturkannya, dalam hal ini adalah generasi muda. Maka dari itu, diperlukan peran serta pengelolah pendidikan khususnya guru untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang bahasa dan sastra daerah serta motivasi kepada generasi mudah untuk memupuk minat sejak dini sehingga tetap memakai dan tidak meninggalkan bahasa daerahnya. Untuk menciptakan guru yang berkompeten dalam bidang tersebut diperlukan partisipasi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah menjadi fasilitator bagi tenaga pendidik untuk mendapatkan dan menimbah ilmu lebih dalam, khusus pada bidang bahasa dan sastra daerah.
Mungkin timbul pertanyaan, untuk apa bahasa dan sastra daerah perlu dilestarikan agar tidak punah ? jawabannya adalah karena di dalam sebuah adat istiadat, cerita rakyat dan bahasa daerah mungkin terpendam, suatu rahasia yang belum tersingkap, jika diibaratkan di dalam bahasa dan sastra daerah terpendam tambang emas yang belum digali dan belum terjamah oleh manusia. Sehingga perlu tetap dijaga dan dilestarikan.
Nusantara kita adalah sebuah wilayah yang di dalamnya memliki begitu banyak potensi. Tinggal bagaimana kita sebagai masyarakatnya menggali, mengembangkan dan melestarikannya secara arif dan bijaksana. Termasuk juga bahasa dan sastra daerah, perlu dukungan dan partisipasi dari semua pihak.
Agar bahasa dan sastra daerah dapat berkembang dan mampu melawan arus perkembangan zaman, salah satu kiat yang dapat dilakukan adalah dengan pembinaan dan pengembangan terhadap kebudayaan lokal dan sastra daerah itu sendiri.
Pemberdayaan sastra daerah ditujukan kepada pemantapan, kedudukan dan fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat. Dengan semakin mantapnya kedudukan dan fungsi sastra dalam masyarakat diharapkan karya sastra yang bermutu dan sarat akan makna kebudayaan akan lahir di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Pengembangan sastra dilakukan denga mengupayakan peningkatan terhadap mutu sastra agar dapat dimanfaatkan sebagai media ekspresi, pencerminan dan pencarian jati diri untuk membangun kebudayaan baru, dan sebagai sarana peningkatan kepedulian terhadap kehidupan masyarakat upaya pengembangan sastra tersebut dapat dilakukan melalui pemeliharaan karya sastra. Pemeliharaan karya sastra adalah upaya yang dilakukan agar generasi baru Indonesia dapat memahami dan menghayati karya sastra terutama pesan yang terkandung di dalamnya. Pelestarian sastra lama adalah salah satu upaya pemeliharaan sastra. Pemahaman terhadap karya sastra akan lebih mudah dicapai jika suatu generasi mengalami kehidupan karya sastra itu sendiri. Oleh karena itu, pemeliharaan karya sastra dapat dilakukan melalui pemeliharaan tradisi bersastra di masyarakat, seperti sastra lisan, pembacaan naskah lama, serta penuturan dongeng.
Dalam rangka upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian dan berkesadaran nasional, perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaruan dalam proses pembangunan bangsa. Bahasa dan sastra daerah perlu terus dibina dan dilestarikan dalam rangka mengembangkan identitas keindonesiaan kita.
Salah satu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa adalah dengan memperkenalkan budaya lokal kepada para generasi muda. Nilai-nilai budaya lokal ini adalah jiwa dari kebudayaan local dan menjadi dasar bagi segenap wujud kebudayaan di daerahnya. Memperkenalkan cerita rakyat dalam bentuk mendongeng sebelum tidur misalnya merupakan budaya bangsa kita dahulu, yang pada masa kinisudah mulai luntur seiring berkembangnya zaman. Cerita merupakan salah satu sarana penting untuk mempertahankan eksistensi diri. Cerita tidak hanya digunakan untuk memahami dunia dan mengekspresikan gagasan, ide-ide, dan nilai-nila, melainkan juga sebagai sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan, mewariskan gagasan dan nilai-nilai tersebut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya local yang beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya sedikit mempunyai warisan budaya local berusaha keras untuk melestarikannya demi sebuah identitas, maka sungguh naïf jika yang memiliki banyak warisan budaya local lantas mengabaikan pelestariannya. Beberapa hal yang termasuk budaya local misalnya cerita (dongeng) rakyat, ritual kedaerahan, tradisi kedaerahan, kreativitas (tari, lagu, drama, dan lain-lain), dan keunikan masyarakat setempat.
Harus kita sadari bahwa arus deras globalisasi tidak dapat kita hindari, tetapi hal tersebut dapat kita minimalisir. Globalisasi yang tidak terhindarkan harus diantisipasi dengan penguatan jati diri dan kearifan local yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan pengembangan sastra dan bahasa daerah. Upaya memperkuat jati diri daerah dapat dilakukan melalui penanaman budaya-budaya lokal dalam pembelajaran bahasa dan sastra daerah di lingkungan formal, informal maupun nonformal.
Bahasa dan sastra daerah merupakan lambang identitas dan lambang jati diri setiap bangsa, setiap etnik dan setiap masyarakat. Perlu dijaga, dilestarikan dan dikembangkan dan agar tidak punah. Karena apabila sebuah bahasa dan sastra daerah punah maka adalah sebuah kerugian besar. Untuk itu adanya perhatian dan partisipasi dari berbagai pihak akan sangat mendukung tercapainya usaha untuk tetap melestarikan bahasa dan sastra daerah.
Dengan sastra daerah, kita dapat mengetahui asal-usul suatu daerah dengan berbagai kearifan yang dicurahkan lewat berbagai mitos, legenda, dongeng, dan riwayat termasuk di dalamnya permainan rakyat dan nyanyian lokal.
Masalah yang ada saat ini adalah kurangnya perhatian masyarakat terhadap sastra daerah. Sastra daerah telah berada di ambang kepunahan karena hanya segelintir orang yang punya kepedulian terhadapnya. Perlu kita ketahui, bahwa tanpa adanya dukungan dari masyarakat, sastra daerah akan hilang tanpa bekas dan masyarakat akan kehilangan identitas budaya. Budaya luar yang dengan mudah diperoleh dari media cetak maupun elektronik juga sangat mempengaruhi perkembangan sastra daerah.
Seluruh suku bangsa di Indonesia saat ini merasa bahwa hidup matinya sastra daerah menjadi tanggung jawab masing-masing daerah. Padahal sesungguhnya perkembangan sastra daerah menjadi tanggung jawab nasional yang harus dihadapi secara nasional pula. Begitu pula dengan para penggiat sastra daerah, mereka praktis melakukan kegiatan-kegiatan sastra secara individu dan swadaya, sehingga gaungnya hanya terasa dalam ruang lingkup yang tidak terlalu luas.
Berbicara mengenai sastra daerah, tentunya kita tidak dapat terlepas dari bahasa yang menjadi akar dari sastra daerah itu sendiri. Selain itu., bahasa juga menjadi simbol suatu peradaban bangsa. Kematian sastra daerah, yang di dalamnya terdapat bahasa, mengakibatkan hilangnya suatu kebudayaan dan musnahnya suatu peradaban.
Bahasa dan sastra daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh Negara dan dijamin dengan undang-undang. Bahasa dan sastra daerah sebagai salah satu bagian kebudayaan daerah berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya yang di dalamnya terekam antara lain pengalaman estetik, religius, atau sosial politik masyarakat etnis yang bersangkutan. Bahasa dan sastra daerah adalah aset besar yang dimiliki sebuah bangsa.
Adanya perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang sangat cepat membawa dampak bagi bahasa dan sastra daerah. Perkembangan tersebut membawa pengaruh asing yang mempengaruhi berbagai sendi kehidupan yang pada akhirnya juga membawa pada perubahan perilaku masyarakat dalam bertindak dan berbahasa.
Adanya arus globalisasi memberi dampak pada perkembangan bahasa dan sastra daerah. Masuknya bahasa asing utamanya bahasa Inggris pada setiap sendi kehidupan masyarakat menyebabkan pola pikir masyarakat tertuju pada bagaimana agar bisa menguasai bahasa tersebut sehingga pembelajaran terhadap bahasa dan sastra daerah dianggap tidak perlu. Memang menguasai bahasa asing, utamanya bahasa Inggris merupakan hal yang penting. Namun dengan begitu bukan berarti bahasa daerah harus dikesampingkan dan mengutamakan bahasa asing. Diperlukan pemahaman yang lebih arif dalam penguasaan bahasa. Di dalam sebuah bahasa dan sastra daerah terdapat banyak pengetahuan, nilai-nilai budaya suatu daerah dan merupakan sumber sejarah yang dapat diangkat dan disebarluaskan kepada etnik lain melalui bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia dan dapat pula diangkat ke kanca internasional apabila kita mengetahui bahasa asing.
Puncak kebudayaan daerah adalah kebudayaan nasional. Jika diibaratkan kebudayaan nasional adalah sebuah puncak yang untuk mencapainya diperlukan rangkaian anak tangga yang saling terjalin sehingga memudahkan untuk mencapai puncak. Rangkain anak tangga tersebut adalah bahasa-bahasa daerah. Untuk tetap bisa melestarikan bahasa daerah diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Utamanya masyarakat itu sendiri, pemerintah dan pengelola pendidikan.
Agar sebuah bahasa tetap ada diperlukan orang yang menuturkannya, dalam hal ini adalah generasi muda. Maka dari itu, diperlukan peran serta pengelolah pendidikan khususnya guru untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang bahasa dan sastra daerah serta motivasi kepada generasi mudah untuk memupuk minat sejak dini sehingga tetap memakai dan tidak meninggalkan bahasa daerahnya. Untuk menciptakan guru yang berkompeten dalam bidang tersebut diperlukan partisipasi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah menjadi fasilitator bagi tenaga pendidik untuk mendapatkan dan menimbah ilmu lebih dalam, khusus pada bidang bahasa dan sastra daerah.
Mungkin timbul pertanyaan, untuk apa bahasa dan sastra daerah perlu dilestarikan agar tidak punah ? jawabannya adalah karena di dalam sebuah adat istiadat, cerita rakyat dan bahasa daerah mungkin terpendam, suatu rahasia yang belum tersingkap, jika diibaratkan di dalam bahasa dan sastra daerah terpendam tambang emas yang belum digali dan belum terjamah oleh manusia. Sehingga perlu tetap dijaga dan dilestarikan.
Nusantara kita adalah sebuah wilayah yang di dalamnya memliki begitu banyak potensi. Tinggal bagaimana kita sebagai masyarakatnya menggali, mengembangkan dan melestarikannya secara arif dan bijaksana. Termasuk juga bahasa dan sastra daerah, perlu dukungan dan partisipasi dari semua pihak.
Agar bahasa dan sastra daerah dapat berkembang dan mampu melawan arus perkembangan zaman, salah satu kiat yang dapat dilakukan adalah dengan pembinaan dan pengembangan terhadap kebudayaan lokal dan sastra daerah itu sendiri.
Pemberdayaan sastra daerah ditujukan kepada pemantapan, kedudukan dan fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat. Dengan semakin mantapnya kedudukan dan fungsi sastra dalam masyarakat diharapkan karya sastra yang bermutu dan sarat akan makna kebudayaan akan lahir di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Pengembangan sastra dilakukan denga mengupayakan peningkatan terhadap mutu sastra agar dapat dimanfaatkan sebagai media ekspresi, pencerminan dan pencarian jati diri untuk membangun kebudayaan baru, dan sebagai sarana peningkatan kepedulian terhadap kehidupan masyarakat upaya pengembangan sastra tersebut dapat dilakukan melalui pemeliharaan karya sastra. Pemeliharaan karya sastra adalah upaya yang dilakukan agar generasi baru Indonesia dapat memahami dan menghayati karya sastra terutama pesan yang terkandung di dalamnya. Pelestarian sastra lama adalah salah satu upaya pemeliharaan sastra. Pemahaman terhadap karya sastra akan lebih mudah dicapai jika suatu generasi mengalami kehidupan karya sastra itu sendiri. Oleh karena itu, pemeliharaan karya sastra dapat dilakukan melalui pemeliharaan tradisi bersastra di masyarakat, seperti sastra lisan, pembacaan naskah lama, serta penuturan dongeng.
Dalam rangka upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian dan berkesadaran nasional, perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaruan dalam proses pembangunan bangsa. Bahasa dan sastra daerah perlu terus dibina dan dilestarikan dalam rangka mengembangkan identitas keindonesiaan kita.
Salah satu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa adalah dengan memperkenalkan budaya lokal kepada para generasi muda. Nilai-nilai budaya lokal ini adalah jiwa dari kebudayaan local dan menjadi dasar bagi segenap wujud kebudayaan di daerahnya. Memperkenalkan cerita rakyat dalam bentuk mendongeng sebelum tidur misalnya merupakan budaya bangsa kita dahulu, yang pada masa kinisudah mulai luntur seiring berkembangnya zaman. Cerita merupakan salah satu sarana penting untuk mempertahankan eksistensi diri. Cerita tidak hanya digunakan untuk memahami dunia dan mengekspresikan gagasan, ide-ide, dan nilai-nila, melainkan juga sebagai sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan, mewariskan gagasan dan nilai-nilai tersebut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya local yang beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya sedikit mempunyai warisan budaya local berusaha keras untuk melestarikannya demi sebuah identitas, maka sungguh naïf jika yang memiliki banyak warisan budaya local lantas mengabaikan pelestariannya. Beberapa hal yang termasuk budaya local misalnya cerita (dongeng) rakyat, ritual kedaerahan, tradisi kedaerahan, kreativitas (tari, lagu, drama, dan lain-lain), dan keunikan masyarakat setempat.
Harus kita sadari bahwa arus deras globalisasi tidak dapat kita hindari, tetapi hal tersebut dapat kita minimalisir. Globalisasi yang tidak terhindarkan harus diantisipasi dengan penguatan jati diri dan kearifan local yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan pengembangan sastra dan bahasa daerah. Upaya memperkuat jati diri daerah dapat dilakukan melalui penanaman budaya-budaya lokal dalam pembelajaran bahasa dan sastra daerah di lingkungan formal, informal maupun nonformal.
Bahasa dan sastra daerah merupakan lambang identitas dan lambang jati diri setiap bangsa, setiap etnik dan setiap masyarakat. Perlu dijaga, dilestarikan dan dikembangkan dan agar tidak punah. Karena apabila sebuah bahasa dan sastra daerah punah maka adalah sebuah kerugian besar. Untuk itu adanya perhatian dan partisipasi dari berbagai pihak akan sangat mendukung tercapainya usaha untuk tetap melestarikan bahasa dan sastra daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar