1.Alur dan Pengaluran
Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Johra yang hanya hidup bersama ayahnya yang bernama Mailidun. Ayahnya ini bekerja sebagai pawang penabuh gendang pilihan setiap kali pada acara pasuo.Johra membenci ayahnya tersebut, karena ayanhnya tidak merestui hubungannya dengan kekasih yang ia sangat cintai yang bernama La Runduma.
La Runduma ini bukanlah lelaki yang rupawan dan hanya pekerja serabutan, itulah sebabnya ayah Johra tidak merestui hubungan mereka. Ayah Johra merasa bahwa La Runduma tidak sederajat dengan Johra, anaknya.
Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Johra yang hanya hidup bersama ayahnya yang bernama Mailidun. Ayahnya ini bekerja sebagai pawang penabuh gendang pilihan setiap kali pada acara pasuo.Johra membenci ayahnya tersebut, karena ayanhnya tidak merestui hubungannya dengan kekasih yang ia sangat cintai yang bernama La Runduma.
La Runduma ini bukanlah lelaki yang rupawan dan hanya pekerja serabutan, itulah sebabnya ayah Johra tidak merestui hubungan mereka. Ayah Johra merasa bahwa La Runduma tidak sederajat dengan Johra, anaknya.
Pada suatu hari Johra mengikuti acara ritual(pasuo) atas kehendak ayahnya. Acara ini merupakan acara adat Buton yaitu ritual bagi anak gadis untuk menjadikan wanita dewasa dan mampu mengurus rumah tangga yang biasanya berlangsung selama delapan hari dengan diiringi tabuhan gendang dan pada acara terakhir gadis yang mengikuti ritual tersebut dimandikan dengan air suci. Namun sebelumnya, Johra sudah malakukan perjanjian dengan La Runduma bahwa La Runduma akan membawanya pergi sebelum Johra dimandikan. Malam demi malam telah dilalui Johra dalam ritual tersebut dan pada malam keenam dan ketujuh gendang ayah Johra pecah, hal tersebut menandakan bahwa ada peserta yang tidak perawan lagi.
Sesuai perjanjian, sebelum Johra dimandikan La Runduma pun datang dan membawanya pergi dari tempat itu. Tentulah hal tersebut mengejutkan semua orang terutama ayahnya. Ayah Johra sangat marah dan mengira bahwa perbuatan anaknyalah yang mengakibatkan gendangnya pecah, itu artinya bahwa ia menuduh anaknya sudah tidak perawan lagi. Padahal hal tersebut sangatlah tidak benar, karena bukanlah Johra yang menodai acara tersebut, tapi salah satu diantara peserta pasuo lainlah yang melakukannya.
Cerita dongeng yang pendek ini dibangun oleh empat puluh tiga sekuen berikut:
1. Deskripsi tentang ayah Johra
2. Ketidaksetujuan ayah Johra terhadap hubungan Johra dengan La Runduma, kekasihnya.
3. Kemarahan Johra kepada ayahnya.
4. Deskripsi tentang La Runduma
5. Ayah Johra menginginkan Johra menikah dengan lelaki yang sederajat dengan Johra.
6. Johra mengikuti ritual pasuo
7. Keterpaksaan Johra mengikuti ritual pasuo untuk memenuhi kehendak ayahnya.
8. Deskripsi tentang acara ritual pasuo
9. Perjalanan Johra dan teman-temannya dari keraton Buton ke Gunung Nona yang diiringi dengan tabuhan gendang.
10. Deskripsi tentang Gunung Nona
11. Kegelisaan Johra mengikuti acara ritual pasuo
12. Ketakutan Johra akan sesuatu yang akan terjadi pada dirinya di tempat suo(ruang sempit tempat para peserta pasuo) yang akan ditempatinya bersama teman-temannya.
13. Isyarat ayah Johra kepada Johra agar tidak berbuat yang macam-macam.
14. Tibanya Johra dan teman-temannya di suo.
15. Ingatan Johra atas perjanjiannya dengan La Runduma untuk membawanya pergi sebelum Johra dimandikan.
16. Johra mengikuti sesi pertama ritual(pauncura).
17. Ingatan Johra atas pertengkarannya dengan ayahnya tentang La Runduma
18. Perbincangan Johra dengan teman-temannya tentang ketidaksukaan mereka mengikuti acara ritual.
19. kegelisahan Johra akan janji La Runduma.
20. Keheranan Johra akan suara-suara cumbuan antara gadis dengan laki-laki dalam sebuah kamar mandi.
21. Ketersiksaan Johra dalam suo.
22. Ketakutan Johra akan terjadi sesuatu pada gendang ayahnya atas kejadian yang ia saksikan.
23. Deskripsi tentang pelajaran-pelajaran dalam acara pasuo
24. Pendapat Johra tentang acara pasuo.
25. Kepenasaran Johra terhadap siapa gerangan gadis yang telah menodai acara ritual pasuo
26. Ketakutan para orang tua peserta pasuo atas pecahnya gendang.
27. Perbincangan Johra dengan temannya tentang pecahnya gendang yang ditabuh ayah Johra.
28. Kerinduan Johra kepada La Runduma
29. Ingatan Johra atas perjanjiannya dengan La Runduma
30. Ingatan Johra terhadap ayahnya.
31. Kalutnya pikiran Johra
32. Kedatangan La Runduma di suo
33. Perbincangan La Runduma dengan Johra
34. Antrian Johra dan para peserta pasuo lainnya untuk dimandikan
35. Johra pergi meninggalkan tempat pasuo bersama La Runduma
36. Kepergian Johra diketahui oleh ayahnya dan para penyelenggara pasuo lainnya
37. Ayah Johra sangat marah mengetahi anaknya dibawa pergi bersama dengan La Runduma
38. Janji ayah Johra untuk tidak mau merestui hubungan Johra dengan La Runduma
39. Kepanikan para penyelenggara pasuo atas kepergian Johra
40. Tuduhan para penyelenggara pasuo kepada Johra, bahwa Johra sudah tidak perawan lagi
41. Ketidaksetujuan Johra terhadap tudahan para penyelenggara pasuo, terutama ayahnya bahwa dirinya sudah tidak perawan lagi.
42. Ketidakadilan yang dirasakan Johra atas tuduhan yang dilontarkan kepadanya
43. Johra dan La Runduma pergi ke tempat yang begitu jauh.
Seluruh sekuen di atas membangun cerita dalam pengaluran yang bergerak maju-mundur. Cerita ini ditemukan sekuen-sekuen berupa kenangan ataupun kilas-balik. Pada bagian pertengahan dan bagian akhir cerita, terdapat dua bayangan ingatan (dalam bagan ditujukkan oleh lingkaran dengan panah kearah kiri), sekuen 15 tentang ingatan Johra mengenai perjanjiannya dengan La Ramundu, dan sekuen 29 dan 30 tentang ingatan Johra terhadap La Ramundu dan ingatannya terhadap ayahnya.
Selanjutnya mari kita beralih pembicaraan pada urutan fungsi utama. Urutan fungsi utama cerita ini adalah sebagai berikut.
1. Ayah Johra tidak merestui hubungan Johra dengan La Runduma.
2. La Runduma hanya seorang lelaki biasa dan pekerja serabutan
3. Ayah Johra meninginkan Johra menikah dengan lelaki yang sederajat dengan Johra
4. Ayah Johra menginginkan Johra mengikuti acara ritual pasuo
5. Johra melakukan janji dengan La Runduma\agar datang dan membawanya pergi pada acara pasuo
6. Johra menuruti keinginan ayahnya dan mengikuti proses ritual pasuo
7. Johra sangat tersiksa hidup dalam suo
8. Johra mengetahi seorang diantara teman- temannya yang mengikuti ritual ada yang menodai ritual pasuo.
9. Johra takut akan sesuatu terjadi pada gendang ayahnya.
10. Gendang ayah Johra pecah yang menandakan bahwa ada di antara peserta pasuo yang sudah tidak perawan lagi
11. Penyelenggara acara pasuo panik dengan pecahnya gendang yang ditabuh ayah Johra
12. La Runduma datang memenuhi janjinya kepada Johra sebelum Johra dimandikan
13. La Runduma membawa pergi Johra dari acara itu sebelum Johra dimandikan
14. Ayah Johra sangat marah dengan perbuatan La Runduma yang telah membawa anaknya pergi.
15. Para penyelenggara pasuo termasuk ayah Johra, menuduh Johra bahwa Johra-lah yang mengakibatkan gendang yang ditabuh ayahnya pecah.
16. Johra merasa bahwa tuduhan orang-orang terhadap dirinya tidak benar karena dirinya masih perawan dan bukanlah dia yang menodai acara ritual tersebut
17. Johra merasa bahwa orang-orang tidak adil terhadapnya.
Ayah Johra tidak merestui hubungan Johra dengan La Runduma(FU1). Karena La Runduma hanya lelaki biasa dan pekerja serabutan(FU2). Ayah Johra hanya menginginkan Johra menikah dengan lelaki yang sederajat dengan Johra(FU3),dan itulah sebabnya juga ayah Johra menginginkan Johra mengikuti acara ritual pasuo(FU4). Namun sebelum Johra memenuhi keinginan ayahnya tersebut sebelumnya ia telah melakukan perjanjian dengan La Runduma untuk membawanya pergi sebelum acara ritual selesai(FU5). Johra pun mengikuti acara tersebut dengan terpaksa, hanya memenuhi keinginan ayahnya(FU6). Johra sangat tersiksa mengikuti acara ritual tersebut(FU7). Suatu ketika Johra mengetahi bahwa ada di antara temannya yang menodai acara ritual tersebut, dengan melakukan hal-hal yang seharusnya sangat dilarang dalam acara pasuo (FU8).Hal tersebut membuat Johra takut akan ada sesuatu yang terjadi kepada gendang yang ditabuh ayahnya(FU9) dan hal tersebut terbukti ternyata gendang yang ditabuh ayahnya pecah, yang menandakan bahwa ada di antara peserta pasuo yang sudah tidak perawan lagi(FU10).Dengan kejadian tersebut membuat penyelenggara ritual pasuo panik(FU11). Pada suatu malam sebelum acara pasuo berakhir La Runduma pun datang memenuhi janjinya pada Johra(FU12) dan membawa Johra pergi dari tempat itu(FU13). Kepergian Johra dari acara tersebut tentulah membuat ayahnya sangat marah apalagi ia tahu bahwa La Runduma-lah yang membawa Johra pergi(FU14) dan hal tersebut membuat ayah Johra dan para penyelenggara ritual lainnya menuduh bahwa Johra-lah yang mengakibatkan gendang yang ditabuh pecah(FU15). Johra yang dari awal sudah memikirkan hal tersebut akan terjadi dan tuduhan-tuduhan yang akan dilontarkan kepada dirinya merasa tidak setuju karena ia masih perawan dan sebenarnya bukanlah dia penyebab pecahnya gendang tersebut(FU16) dan Johra menganggap hal tersebut sungguh tidak adil bagi dirinya(FU17).
2.Tokoh
Tokoh utama cerita ini adalah Johra. Nama ini sebenarnya tidak relevan dengan judul cerpen ini sendiri dimana cerpen ini berjudul La Runduma. Johra ini hidup dan dibesarkan oleh ayahnya yang bernama Laimidun yang bekerja sebagai penabuh gendang pada setiap acara ritual pasuo. Johra ini mencintai seorang lelaki yang bernama La Runduma. Namun cintanya itu mengalami hambatan karena ayahnya tidak merestui hubungan mereka. Ayahnya menginginkan Johra menikah dengan lelaki yang sederajat dengan Johra bukan seperti La Runduma yang hanya lelaki biasa dan pekerja serabutan. Itulah sebabnya juga ayah Johra menginginkan Johra mengikuti acara ritual yang dikenal dengan acara pasuo. Johra pun memenuhi kehendak ayahnya dengan mengikuti ritual tersebut. namun sebelmnya Johra telah melakukan janji dengan La Runduma untuk membawanya pergi sebelum ritual terakhir dijalaninya. Sebelum acara ritual berakhir La Runduma pun datang memenuhi janjinya dan membawa Johra pergi dari tempat pasuo tersebut. Dengan tindakan Johra yang demikian memnuculkan tudahan orang-orang, termasuk ayahnya kepada dirinya, bahwa Johra telah menodai ritual dan anggapan orang bahwa Johra sudah tidak perawan lagi. Johra merasa bahwa orang-orang telah berbuat tidak adil kepadanya, karena bukanlah dia yang menodai ritual tersebut. Johra seorang gadis yang masih perawan.
Tokoh ayah yang merupakan tokoh anatagonis yang berlawanan dengan Johra sebagai tokoh protagonist. Ia begitu egois, dimana ia terlalu memaksakan kehendaknya untuk menikahkan Johra dengan lelaki yang derajatnya lebih tinggi. Namun pada akhirnya kehendaknya itupun membawa kekecewaan bagi dirinya karena ternyata Johra tidak menghiraukan segalah nasehat dan larangannya.
Selain itu, tokoh yang begitu pemberani, yaitu La Runduma. La Runduma ini adalah kekasih Johra yang yang juga sangat mencintai Johra. Bahakan dengan kebesaran cintanya ia berani membawa Johra pergi dari acara ritual pasuo. La Runduma ini adalah lelaki yang sangat bertanggungjawab. Di mana dalam kondisi apapun ia masih berusaha memenuhi jajnjinya kepada Johra. Keberhasilan La Runduma membawa Johra pergi dari acara pasuo juga tidak lepas dari peran tokoh perempuan yaitu kekasihnya, Johra yang juga begitu memperjuangkan cintanya kepadanya. Wanita tersebut rela meninggalkan ayahnya hanya demi cintanya kepada La Runduma yang membuat ayahnya sangat terpukul dengan hal tersebut. Selain itu Johra rela namanya tercoreng dengan tuduhan-tuduhan ayahnya dan orang-orang terhadapnya.
Demikianlah analisis tokoh-tokoh dalam cerita ini. Semua tokoh dalam cerita ini memiliki nama diri. Penyebutan nama tokoh menggunakan sapaan nama tersendiri(Run), hubungan kekerabatan(ayah). Sebagaimana lazimnya sebuah cerita akhirnya tokoh utama pun berhasil mencapai keinginannya untuk hidup bersama dengan kekasihnya, La Runduma ,walaupun banyak menimbulkan permasalahan pada dirinya dengan perbuatannya itu.
Sikap Johra ini juga menggambarkan ketidaksetujuannya terhadap budaya-budaya yang masih membeda-bedakan kasta seseorang.
3. Latar
Latar cerita ini mengambil latar tempat di sebuah kampung, di sebuah ruangan suo, di sebuah wilayah di Buton dengan menyebut nama tempat di mana keberadaan si tokoh dalam cerita. Penyebutan latar tempat dalam cerita ini sangat bersifat mendetail di mana setiap tempat diceritakannya secara mendetail. Pada awal cerita misalnya, dinyatakan bahwa”usai berjalan jauh dari Keraton Buton, tibahlah kami di Gunung Nona. Tempat ini sangat sepi dinaungi perkebunan langsat dan kecapi”. Penyebutan Keraton Buton dan Gunung Nona dalam penggalan itu menyiratkan bahwa kejadian ini berlangsung di daerah Buton. Latar lain yng disebutkan dalam cerita ini adalah sebuah suo, yaitu tempat di mana para peserta pasuo ditempatkan. Misalnya pada kutipan”acara pingitan yang menyeramkan ini menempatkanku dengan ketujuh gadis lainnya”dalam suo yang pengap dan lembab tanpa penerangan cahaya apapun”. Hal ini mengambarkan tentang begitu menyiksanya tempat yang ditempati meraka dalam mengikuti acara ritual itu. Selain kedua latar yang dideskripsikan di atas, masih ada latar lain yang dimunculkan, seperti perkebunan, di dalam kamar, kamar mandi, dan halaman rumah tempat peserta pasuo. Semua latar ini dinyatakan disertai dengan deskripsi, namun hal tersebut tidaklah terlalu ditonjolkan dalam cerita ini.
Seperti halnya latar tempat , latar waktu pun juga dimunculkan dalam cerita ini seperti pernyataan “malam kasip. Gendang itu masih menabuh di kejauhan membuat bunyi-bunyi berlindungdi belakang pukulannya”. Selain itu ada juga pernyataan latar waktu yang lain yaitu”mala mini aku akan tidur menghadap matahari terbit, sebab hari ini adalah hari keenam aku akan dapat melirik jendela”. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa kejadian yang terjadi dalam cerota ini umumnya berlangsung pada malam hari dan hal tersebut mendeskripsikan lamanya Johra mengikuti acara tersebut dengan penuh kegelisaan.
Dalam cerita ini juga deceritakan sebuah latar budaya yaitu budaya pasuo, di mana budaya ini merupakan budaya masyarakat Buton. Acara ini merupakan acara pingitan bagi anak gadis yang beranjak dewasa yang biasanya dilakukan selama delapan hari di dalam sebuh suo( ruang kecil).
4. Tema
Cerita ini menyajikan tema tentang hak seorang manusia. Hak tentang seorang gadis untuk mencintai lelaki siapa pun yang menurutnya dia baik bagi dirinya dan persoalan kasta tidaklah menjadi penghalang seseorang untuk saling mencintai dan mengasihi.Hal ini terlihat pada motif perlawanannya kepada ayahnya yang tidak merestui hubungannya dengan La Runduma dan motif selanjutnya adalah keberaniannya pergi menerobos dinding ketidakadailan bagi dirinya.
Begitulah semustinya perempuan Indonesia, "berani" frontal (tapi) beralasan. aku sangat suka temanya dan mungkin juga memuji empat jempol pada pengarangnya. ...pemeberontakan dari seorang perempuan; pertanda pembuka jalan untuk perempuan tradisinal ke arah modern. Indonesia akan semakin makmur...kalau perempuannya selalu fantastis tidak melulu matrialistis. SUKSES LA RUNDUMA _salam budaya
BalasHapus@endin sas@